BOGOR, INDONEWS – Pandemi Covid-19 menjadi momok menakutkan bagi setiap orang, khususnya masyarakat kalangan menengah kebawah. Bagaimana tidak, pandemi membuat ekonomi jungkir balik. Tak sedikit pengusaha kecil gulung tikar akibat wabah global tersebut.
Amirully, seorang pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Raya Tajur, RT 002, RW 006, Kelurahan Pakuan Bogor Selatan juga merasakan getirnya berjuangan di tengah pandemi. Kemerosotan omset membuatnya harus memutar otak agar keluarga tetap ternafkahi.
“Saya memiliki 3 orang anak 3. Yang paling besar sekolah tingkat SMA kelas 1, anak kedua duduk di SD dan anak ketiga usia PAUD. Saya yang sehari-hari berjualan sejak tahun 2013 merasakan bagaimana sulitnya hidup di masa pandemi,” ungkap Amir, kepada MediaIndonews.com, Kamis (27/1/2022).
Amir yang berjualan dengan modal sendiri sedikit beruntung karena tempat jualannya tidak sewa, yakni menggunakan hak tanah pabrik Unitek. Ia hanya perlu memikirkan bayar listrik.
“Karena saya warga asli, Allhamdulilah diperhatikan pemilik lahan. Dan melalui PKBL (Program keluarga bina lingkungan) saya sudah memiliki SKU dan NPWP atas nama usaha UMKM. Namun demikian, pandemi benar-benar membuat susah,” ungkapnya.
Amirully mengisahkan bahwa dirinya mendapat bantuan UMKM sebesar Rp. 1,2 juta dari pihak kepolisian Bogor, serta bantuan melaui e-Gorm BRI. Namun menurutnya, program tersebut tidak efektif karena tidak berlanjut dan tidak ada pembinaaan.
“Ini adalah program tidak jelas sehingg banyak disalahgunakan orang yang tidak jelas. Banyak usaha fiktif tapi mendapatkan bantuan juga. Padahal mereka mengajukan hanya bermodal foto, dan bisa jadi foto itu warung punya orang lain,” ungkapnya.
Penghasilan Rendah
Ditanya soal penghasilan, Amir mengaku masih sangat kekurangan. Dimana sehari-hari ia memperoleh pendapatan kotor Rp. 100 ribu, bahkan terkadang Rp. 50 ribu.
“Kalau penghasilan dari jualan, jujur saja jauh dari harapan, tidak sesuai dengan kebutuhan saat ini. Ya uang Rp. 50 ribu hanya untuk menambah data utang, karena harus menutupi kebutuhan, jadi saya harus mencari tambahan Rp. 50 ribu lagi,” ungkapnya.
Dia pun berharap ekonomi bisa kembali pulih dan berjalan seperti dulu sebelum pandemi.
“Saya harap masa pandemi ini dicabut, pemerintah harus berani melwan WHO, PCR ditiadakan. Kalau untuk suntik vaksin sah-sah saja, itu untuk kesehatan, yang penting masa pandemi ini dicabut supaya perekonomian kembali normal. Dan, masyarakat tidak takut lagi untuk bersosialisasi sehingga peredaran uang di masyarakat berputar kembali. Jadi kehidupan masyarakat kembali normal,” paparnya.
Menurut dia, dampak Covid-19 berpengaruh bukan hanya pada kebutuhan dasar, tapi juga mempengaruhi keharmonisan keluarga.
“Ekonomi sulit, harmonisasi keluarga juga terganggu. Alhamdulillah kedua anak saya mendapatkan KIP (Kartu Indonesia Pintar) sehingga sedikit terbantu dalam pendidikan,” ujarnya.
Sebelumnya, tutur dia, dalam situasi ini ia mengaku terus berusaha dan tidak pernah meras gagal. Ia tetap ikhtiar bekerja apapun itu, mulai dari tukang cuci piring, tambal ban, ojek onlina dan lainnya.
“Semua sudah dilakukan, tapi semua tidak berjalan lancar dan pada akhirnya saya kembali lagi jualan kopi. Sebenarnya basik saya aslinya adalah FNB (Food n Baverage), saya pernah kerja di King Garden Hotel Bandung, Samarinda, Jakarta dan Bogor,” tandasnya. (cici)
Mantap