0

SULAWESI TENGAH, INDONEWS.COM | Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Kementrian Desa (Kemendes) melaksanakan kegiatan Program Pengabdian Masyarakat 3T Wilayah Indonesia Timur pada November 2024.

Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan volume penangkapan ikan sebagai mata pencaharian utama masyarakat Desa Kabetan, Kecamatan Ogoideide, Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah.

Kegiatan pengabdian yang dipimpin oleh Dr. Sri Raharno dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil ikan laut yang dapat ditangkap oleh para nelayan. Kegiatan ini bersifat top-down dimana ada permintaan kebutuhan dari desa ke aplikasi Desanesha yang menjembatani kebutuhan desa dengan keahlian dosen-dosen ITB.

Sementata Tim ITB terdiri dari 2 dosen dari FTMD; Dr. Sri Raharno dan Dr. Indria Herman bersama dengan Dr. Roza Yusfiandayani, dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan juga sebagai Wakil Kepala Tani dan Nelayan Center.

Seperti diketahui, sejak tahun 2022, Desa Kabetan menjadi bagian dari Kecamatan Ogodeide. Desa Kabetan terdiri dari 3 dusun dengan luas wilayah 9,2 km2; Labuan Soppe (dusun 1), Butun (dusun 2), dan Bumbung (dusun 3). Ketiga dusun ini berada di 3 pulau terpisah dengan permasalahannya masing-masing.

BACA JUGA :  Berkontribusi Pada Pemerintahan, Rektor IPDN Hadi Prabowo Resmi Jadi Guru Besar

Kepala Desa Kabeta, Ruslan Abdul Wahab menyampaikan bahwa di Labuan Soppe terdapat sekolah PAUD-SD dengan listrik yang hidup antara jam 6 -10 malam. Dusun ini merupakan dusun paling besar dengan 415 KK.

Butun memiliki air yang melimpah namun lokasinya jauh dari pemukiman dan sekarang hanya bisa diakses menggunakan kapal. Dusun ini memiliki listrik terbatas. Sedangkan Bumbung merupakan desa yang tidak memiliki akses air bersih dan juga listrik. Sebagian besar mata pencaharian dari ketiga dusun ini adalah nelayan.

Teknologi tepat guna yang diperkenalkan pada desa Kabetan adalah penggunaan alat bantu penangkapan yaitu rumpon portable. Rumpon portable ini dapat bertahan selama 3 jam pada kedalaman ideal penggunaan di 10-12 meter dibawah laut. Berbeda dengan rumpon yang tetap, rumpon ini dikhususkan untuk nelayan-nelayan kecil dengan kapasitas tangkapan yang tidak besar serta tidak membutuhkan area khusus di tengah laut.

Warga Desa Kabetan menyambut baik dengan teknologi ini. Melalui kepala desanya, Desa Kabetan menerima 5 rumpon portable tipe e-FAD, 45 paket jaring insang dengan spesifikasi 0,28 mm x 2,25 inch str x 70 md x 80 yds Tate, 12 unit lampu jalan bertenaga surya, dan sepaket charging station bertenaga surya 160 Wp Mono-Si.

BACA JUGA :  BKKBN Sosialisasikan Pencegahan Stunting di Jakarta Selatan

“Diharapkan dengan teknologi ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat desa,” ujar Dr. Sri Raharno.

Sebagai informasi, desa yang berlokasi 90 menit mengunakan perahu nelayan dari Kota Toli-toli ini memiliki misi meningkatkan kemandirian kelompok tani dan nelayan menuju masyarakat yang Sejahtera di Desa Kabetan.

Desa cantik di tengah laut yang terus berusaha meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakatnya tanpa harus mengorbankan dan terus menjaga kelestarian lautnya sebagai sumber makanan dan penghasilan mereka. (*/rls)

You may also like

Comments

Comments are closed.

More in Nasional