SUMEDANG, INDONEWS – Tim dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Kelompok Keilmuan Manajemen Sumberdaya Hayati (MSDH) melaksanakan pelatihan penguatan kapasitas Kelompok Tani Hutan (KTH) di Balai Desa Cisempur, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, 21 Agustus 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program PPMI ITB dengan skema Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), mengusung topik “Penguatan Kapasitas Kelembagaan KTH untuk Mendukung Program Mitigasi Perubahan Iklim Sektor AFOLU dalam Mendukung Program FOLU Net Sink 2030 di KHDTK Hutan Pendidikan Gunung Geulis ITB.”
Pelatihan berlangsung dua tahap, yakni pada 12 dan 21 Agustus 2025, dengan fokus peningkatan kapasitas teknis dan kelembagaan masyarakat desa hutan.
Pada tahap pertama, Prof. Intan Ahmad, Ph.D., menekankan pentingnya peran KTH sebagai ujung tombak pengelolaan hutan berbasis masyarakat. “Tanpa keterlibatan KTH yang kuat, sulit mengelola KHDTK Hutan Pendidikan Gunung Geulis secara berkelanjutan,” ujarnya.
Materi lainnya disampaikan oleh sejumlah dosen SITH ITB. Dr. Endang Hermawan memaparkan strategi mitigasi perubahan iklim sektor AFOLU melalui agroforestri, rehabilitasi hutan, dan jasa lingkungan. Dr. Tien Lastini menjelaskan pola tanam agroforestri adaptif yang mengintegrasikan pangan, HHBK, dan MPTS guna menjaga fungsi hutan lindung sekaligus meningkatkan ketahanan pangan.
Sementara itu, Dr. Mia Rosmiati menekankan aspek kewirausahaan rumah tangga berbasis potensi lokal hutan, dan Tatang Sutardi, SP., penyuluh kehutanan dari CDK IX Sumedang, menggarisbawahi pentingnya pemberdayaan partisipatif masyarakat desa hutan.
Tahap kedua pelatihan menitikberatkan pada penguatan kelembagaan KTH, meliputi tata kelola organisasi, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, strategi pemasaran berkelanjutan, hingga finalisasi AD/ART dan MoU dengan pengelola KHDTK ITB.
Kegiatan pelatihan tahap pertama diikuti oleh 30 peserta perwakilan KTH dan aparat desa dari delapan desa di Jatinangor, Cimanggung, dan Tanjungsari.
Salah seorang peserta dari Desa Cinanjung mengaku mendapat banyak manfaat. “Kami tidak hanya belajar menjaga hutan, tetapi juga cara mengelola kelompok dan usaha agar lebih mandiri,” tuturnya.
Melalui sinergi akademisi, penyuluh, pemerintah desa, dan masyarakat, program ini diharapkan mampu memperkuat kelembagaan KTH, mendukung konservasi hutan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga menuju tercapainya target nasional FOLU Net Sink 2030. (*/imn)
Comments