LAMPUNG UTARA, INDONEWS – Bertahun-tahun rampung dibangun serta sudah mendapat hibah dari kementerian perdagangan Republik Indonesia namun anehnya sebuah gedung pasar yang terletak ditengah-tengah ibukota kecamatan Abung Surakarta tepatnya di desa Tatakarya hingga kini nampak belum berpenghuni.
Mengutip pemberitaan dari media kupas tuntas.co diketahui pasar ini merupakan proyek Kementerian Perdagangan yang bersumber dari APBN tahun 2019 dan rampung dibangun pada tahun 2020, dengan pagu anggaran Rp3,6 miliar lebih.
Paket pekerjaan fisik ini merupakan salah satu proyek yang menjadi objek vital OTT KPK terhadap eks Bupati Lampung Utara Agung Ilmu Mangkunegara dengan sejumlah pihak termasuk disdag Wan Hendri pada massa itu.
Sementara Kepala Desa Tatakaya Tasrip Marzuki saat dikonfirmasi oleh Kaban LI-BAPAN via telepon selulernya mengaku bahwa dirinya sudah dua kali dihubungi oleh Dinas Perdagangan Terkait Pasar tata karya tersebut namun hingga saat ini belum ada realisasinya.
“Saya menunggu kelanjutan dari hal tersebut karena melihat kondisi bangunan tua yang dihuni para pedagang saya sangat khawatir akan membahayakan masyarakat,” kata kades.
Lebih lanjut kades menuturkan bila bangunan tersebut diserahkan menjadi aset desa tatakarya atau pengelolaan nya diserahkan ke desa, akan lebih baik apabila yang rusak mesti dilakukan perbaikan terlebih dahulu, supaya pedagang dan pembeli merasa nyamaan bertransaksi di pasar tersebut.
Menurut Tasrip buruk nya kualitas bangunan menyebabkan masyarakat enggan pindah kedalam bangunan tersebut bahkan masyarakat lebih senang berdagang diluar bangunan.
Guna mencari penyebab terbengkalainya pasar tyang memakan waktu hingga bertahun-tahun dan menimbulkan kerusakan dibeberapa item bangunannya DPC LI-BAPAN Kabupaten Lampung Utara yang dinakhodai Kausar sebagai kepala badan mencoba membangun komunikasi dengan datang langsung ke kantor dinas perdagangan Lampung Utara.
“Kalau dibiarkan sampai bertahun-tahun begini tentu ini sebuah kerugian besar bagi Lampung Utara karena PAD berkurang disamping itu bisa rata dengan tanah ini bangunan kalo tidak segera di manfaatkan. Sekarang saja selain mengalami kerusakan dibeberapa item nya bagian dalam sudah ditumbuhi rerumputan,” ungkap Kausar.
Kausar menjelaskan bahwa saat ini pedagang pasar lebih memilih tinggal diluar berjualan dengan cara menggelar dagangannya.
“Lama-lama pasar ini dihuni oleh hantu ini,” canda Kausar, kepada awak media.
Kausar menjelaskan, guna menyikapi fenomena pasar serta menindaklanjuti keterangan yang disampaikan Kades Tatakarya pada dirinya, Kausar mengaku sudah menerjunkan salah seorang anggotanya ke kantor dinas perdagangan guna menjalin komunikasi dengan kadis perdagangan Hendri.
“Tadi anggota saya datang ke dinas perdagangan dan bertemu dengan kadisnya. keterangan yang didapatkan dari kadis bahwa pasar tatakarya belum bisa dioprasionalkan karena ada beberapa temuan yang lumayan besar nilainya, semestinya sudah dibenahi pelaksana proyek sehingga hal tersebut menjadi suatu kendala bagi pihak disdag untuk gunting pita pengerjaan pasar tersebut kurang baik dalam penilaiannya. Menurut Hendri kepada kami nanti bikin malu saja sehingga hanya membuka kenagan luka lama ujar kadis perdagangan kepada saya tadi,” kata Kausar, menyampaikan hasil percakapan Kadisdag dengan anggotanya.
Kausar menerangkan bahwa pihak Disdag Lampung Utara dan jajaran dalam waktu dekat akan melakukan koordinasi dengan Kepala Desa Tatakarya guna mencari solusi.
Dalam pandangan Kausar, pengerjaan proyek yang menelan anggaran yang begitu besar namun dikerjakan asal-asalan seperti ini jelas merugikan keungan Negara dan masyarakat lampung utara , ditambah bangunannya yang sudah mengalami kerusakan disana sini tindakan seperti apa yang dilakukan pemerintah daerah melihat realita yang ada.
“Semestinya pemerintah daerah dalam hal ini dinas perdagangan sigap melakukan tindakan yang berpihak kepada masyarakat kecil bukan hanya berpangku tangan selalu mencari alasan pembenaran disetiap terjadi permasalahan, Kadis ini memang amat piawai dalam hal seperti ini,” tuding Kausar.
Kepala Bada LI-BAPAN ini memang tidak ada kompromi dalam memperjuangkan dan menegakkan keadilan di tengah masyarakat, kepeduliannya dalam menanggapi keluh kesah masyarakat kecil, cukuplah tinggi tak heran dirinya berjuang tanpa pamrih. Untuk itu dirinya butuh kepastian bukan hanya janji yang tak pernah ditepati oleh pimpinanan daerah yang hanya mementingkan jabatannya.
Lebih dalam kausar mengulas , sosilisasi mengenai pasar tersebut mesti dilakukan berkesinambungan agar masyarakat mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka karena ini menyangkut hajat masyarakat banyak.
“Mengenai restribusi Kausar juga meminta pihak terkait mesti mendengarkan aspirasi dari masyarkat karena menurut nya pasar ini hanya digunakan dua kali dalam seminggu yang lebih akrab penduduk sekitar menyebut dengan Istilah Kalangan,” terangnya.
Lebih lanjut dengan lantang Kausar Menegaskan agar Dinas Perdagangan cepat mengambil sikap dan kebijakan sehinga tidak lagi mencari alasan dan berdalih terhadap kenyataan yang terjadi saat ini.
“Apa nunggu bangunan Pasar Tatakarya ini rubuh telebih dahulu baru kita tempati,” ungkapnya.
Dalam waktu dekat Kausar mengaku pihaknya akan melakukan perjalanan ke Jakarta dalam rangka menghadiri Munas Li-Bapan.
“Apabila tidak segera tertangani kami akan melaporkan hal ini kepada Kementrian Perdagangan Zulkifli hasan atau Instansi terkait apabila dianggap perlu Aparat Penegak Hukum agar permasalahan ini segera tertangani,” pungkas Kausar. (Andre)




























Comments