YOGYAKARTA, INDONEWS – PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), sebagai Subholding Gas Pertamina, bersinergi dengan berbagai pihak termasuk kepada kepala daerah di Jawa Tengah bagian selatan dan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka mengakselerasi pembangunan jaringan gas bumi di wilayah tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Penggerak Milenial Indonesia (PMI), M. Adhiya Muzakki menilai sinergi dan kolaborasi tersebut akan mampu menyerap banyak lapangan pekerjaan serta mampu menumbuhkan perekonomian negara.
“Sekarang eranya sinergi dan kolaborasi. Kami yakin target PGN dalam memenuhi kebutuhan empat juta sambungan jargas rumah tangga pada 2024-2025 akan tercapai,” ujar Adhiya kepada awak media, pada Rabu (16/2).
Lebih lanjut Adhiya menuturkan, pembangunan Jargas yang menyasar hingga pelosok desa itu akan membuat masyarakat lebih mudah dan murah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Yang pasti masyarakat akan diuntungkan dengan pembangunan Jargas itu,” imbuhnya.
Adhiya menambahkan, Jargas merupakan salah satu proyek strategis nasional yang bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
“Keuntungan menggunakan jargas adalah harganya lebih murah dibanding LPG, emisi yang dihasilkan lebih ramah lingkungan dan tersedia setiap saat, sehingga tidak perlu keluar rumah mencari LPG dan kayu bakar,” imbuhnya.
Selain itu, kata Adhiya, upaya pemenuhan Jargas hingga ke pelosok desa ini bisa membantu pemerintah dalam rangka menurunkan beban impor Gas ke Indonesia. Bahkan, kata Adhiya, Indonesia akan bebas impor LPG pada tahun 2027 mendatang.
“Jika dibaca dengan seksama, pada tahun 2027, Indonesia tidak akan lagi mengimpor gas LPG,” sambungnya.
Keuntungan lain yang didapat oleh masyarakat dari pembangunan Jargas itu, kata Adhiya adalah masyarakat tidak perlu was-was harus mengantre di pangkalan untuk membeli LPG 3 kg.
Dengan adanya Jargas, lanjut Adhiya, masyarakat juga tidak perlu merasa takut kehabisan LPG di malam hari karena gas bumi mengalir 24 jam.
“Kerepotan mengggunakan LPG 3 kg ini semakin bertambah bagi penghuni rumah susun karena harus menenteng tabung ke rumahnya yang berada di lantai atas,” terangnya.
“Jargas, yang pembayarannya hanya sekitar Rp 40.000 per bulan. Sebelumnya ia harus merogoh kocek hingga Rp 60.000 lebih per bulan untuk membeli gas LPG 3 kg,” tandasnya.
Untuk diketahui, jargas pertama kali dibangun di Cirebon pada tahun 1974 oleh Perusahaan Gas Negara (PGN). Pemerintah telah memasang Jargas sebanyak 135.286 sambungan rumah tangga (SR) di 23 kabupaten/ kota pada 2020, meningkat dari sambungan yang dilakukan pada 2019 yang sebesar 74.500 sambungan rumah tangga.
Secara rinci dalam lima tahun terakhir sambungan rumah untuk jargas yakni, tahun 2016 bertambah sebanyak 99,1 ribu sambungan rumah (SR), 2017 sebanyak 53,7 ribu SR, 2018 sebanyak 90,2 ribu SR, 2019 sebanyak 74,5 ribu SR, dan 2020 sebanyak 135,3 ribu SR. (Jaya)
Comments